Air Mata di Aqsho: Cerita Nyata Perjalanan Spiritual yang Mengubah Hidup

Awal: Panggilan yang Tak Disangka

Tidak ada yang menyangka bahwa seorang pengusaha muda seperti Dani—yang hidupnya dulu hanya berputar pada kerja, uang, dan kesenangan duniawi—akan menjadi bagian dari rombongan Pusat Umroh menuju Umroh plus Aqsho.

Semua bermula dari satu kehilangan besar: kepergian ayahnya. Di saat itu, Dani merasa hidupnya kosong. “Aku punya segalanya, tapi rasanya gak punya apa-apa,” katanya lirih pada sahabatnya, Rafi.
Rafi hanya tersenyum dan menyerahkan brosur kecil bertuliskan, Umroh Plus Aqsho – Menyusuri Jejak Para Nabi.”

“Coba deh, bro. Mungkin kamu gak cuma butuh liburan, tapi butuh perjalanan hati,” ujar Rafi lembut.

Dani sempat tertawa. Tapi malam itu, entah mengapa, hatinya terus terpanggil. Mungkin, inilah waktunya untuk menjawab panggilan yang selama ini ia abaikan.

Jordan: Keheningan Petra yang Membuka Hati

Begitu pesawat mendarat di Amman, Dani merasa ada sesuatu yang berbeda. Udara Timur Tengah yang kering tapi damai menyentuh jiwanya. City tour pertama adalah Petra, kota batu kuno yang menakjubkan.

Ia berdiri di depan dinding batu merah muda menjulang tinggi, tempat ukiran raja Nabatean terpahat megah. Pandangannya kosong.
“Tempat ini dulunya ramai dan megah. Tapi lihat sekarang, semuanya diam,” kata pemandu tur sambil menatap tebing.

Dani menarik napas panjang. Kata-kata itu menusuk hatinya. Begitulah hidupku, pikirnya. Dulu penuh hiruk pikuk, tapi kosong di dalam.
Sejak saat itu, Dani mulai banyak diam, merenung, dan mendengarkan setiap kisah tentang para nabi yang disampaikan oleh ustaz pendamping dari Pusat Umroh.

Di malam harinya, saat rombongan beristirahat di hotel Amman, Dani menatap langit yang penuh bintang dan berbisik, “Ya Allah, kalau ini panggilan-Mu, tuntun aku.”

Palestina: Air Mata di Masjidil Aqsho

Perjalanan dilanjutkan ke Palestina. Saat rombongan melangkah ke pelataran Masjidil Aqsho, Dani menunduk. Ia merasakan sesuatu yang tak bisa dijelaskan—campuran rindu, haru, dan penyesalan.

Ketika adzan berkumandang, ia tak bisa menahan air mata. “Ini tempat Rasulullah ﷺ naik ke langit… dan aku baru ke sini sekarang, setelah sekian lama menjauh dari-Mu,” katanya dalam hati.

Ia salat dhuha dengan air mata yang tak berhenti mengalir. Setiap sujud terasa berat tapi melegakan.
Usai salat, seorang jamaah tua dari Palestina menghampirinya dan berkata dalam bahasa Inggris patah-patah,
“Brother, never too late… Allah always waiting.”

Ucapan sederhana itu membuat Dani menangis lagi. Ia merasa Allah سبحانه وتعالى sedang berbicara langsung kepadanya. Sejak hari itu, hidupnya berubah. Ia tak lagi sibuk dengan ponsel, tak lagi berpikir soal kerjaan—ia sibuk berdialog dengan hatinya sendiri.

Makkah: Saat Semua Dosa Luruh Bersama Air Mata

Setelah Palestina, perjalanan berlanjut ke Makkah. Begitu melihat Ka’bah untuk pertama kalinya, Dani langsung sujud di lantai Masjidil Haram. Tangisnya pecah sejadi-jadinya.
“Ya Allah, ampuni aku yang selama ini sibuk mengejar dunia tapi lupa pada-Mu,” suaranya lirih di antara jutaan jamaah.

Thawaf terasa seperti detik-detik pembebasan. Setiap langkahnya seakan menghapus masa lalu yang kelam. Setiap putaran di sekitar Ka’bah menjadi simbol tekad barunya untuk berubah.

Di Madinah, saat mengunjungi makam Rasulullah ﷺ, Dani berbisik, “Ya Rasulullah, aku datang membawa hati yang dulu gelap. Kini aku ingin berjalan di jalan yang Engkau ajarkan.”

Ia keluar dari Raudhah dengan wajah teduh, seolah beban bertahun-tahun terangkat dari dadanya.


Lebih dari Sekadar Perjalanan

Umroh plus Aqsho yang diselenggarakan oleh Pusat Umroh bukan hanya mengantarkan jamaah ke tiga negeri suci—Jordan, Palestina, dan Arab Saudi—tetapi juga mengantarkan hati pada titik paling jujur: kembali kepada Allah سبحانه وتعالى.

Dani tidak menyangka, perjalanan yang awalnya ia anggap sekadar “healing” ternyata menjadi titik balik hidupnya. Ia pulang bukan dengan oleh-oleh, tapi dengan hati yang baru.
Kini, ia lebih sering hadir di masjid, ikut kajian, dan bahkan mengajak rekan bisnisnya untuk ikut Umroh plus Aqsho.

“Bukan aku yang mencari Allah, tapi Allah yang memanggilku lewat perjalanan ini,” katanya dengan mata berkaca-kaca saat bercerita di acara testimoni jamaah.

Penutup: Ketika Allah Memanggil, Jangan Tunggu Siap

Kisah Dani hanyalah satu dari banyak cerita para jamaah yang menemukan hidayah lewat Umroh plus Aqsho. Ada yang datang karena rindu, ada yang datang karena ingin belajar, ada pula yang datang karena ingin memulai hidup baru.

Namun semuanya sepakat: perjalanan ini berbeda. Dari Pusat Umroh, mereka tak hanya diberi kenyamanan dan fasilitas, tapi juga pengalaman spiritual yang tak ternilai.

Dani kini menulis di media sosialnya:

“Kalau kamu merasa hidupmu kosong, mungkin bukan karena kurang liburan… tapi karena belum menjawab panggilan Allah.”

Karena sesungguhnya, panggilan itu datang bukan kepada yang paling siap, tapi kepada yang paling butuh untuk kembali. Dan Umroh plus Aqsho bisa menjadi pintu yang membuka jalan menuju cahaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *